Senin, 07 Desember 2015

Motivasi mempelajari matematika yang didasari dengan psikologi pendidikan bagi peserta didik

MOTIVASI MEMPELAJARI MATEMATIKA YANG DIDASARI DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PESERTA DIDIK








Nama : Restu Yashinta Kinanti I/B
NIM : 2225141537
Jurusan : Pendidikan Matematika
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Peserta Didik



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG TIRTAYASA
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.  Karya ilmiah dengan judul "Motivasi Mempelajari Matematika Yang Didasari Dengan Psikologi Pendidikan Bagi Peserta Didik", yang semoga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita yang ada di Indonesia.
Penulis mengucapkan terimkasih sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Yang semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita yang membaca.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi karya tulis ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini penulis mempersembahkan karya tulis ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi karya tulis ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Serang, 29 Desember 2014


Daftar Isi

Cover......................................................i
Kata pengantar......................................ii
Daftar isi.................................................iii
BAB 1 Pendahuluan            1
1.1  Latar belakang1
1.2  Batasan masalah1
1.3  Rumusan masalah1
1.4  Tujuan penelitian2

BAB 2 Landasan Teori3
2.1  Matematika3
2.2  Psikologi menurut para ahli3
2.3 Pengertian Psikologi Pendidikan3

BAB 3 Isi
3.1  Pentingnya Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Guru atau Calon Guru
        4
3.2  Motivasi Belajar didalam Psikologi Pendidikan5
3.3  Motivasi untuk Mempelajari Matematika7

BAB 4 Penutup
4.1  Kesimpulan12
4.2  Saran12

Daftar Pustaka13
Lampiran14

BAB 1PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Belajar adalah suatu aktivitas yang didalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika selalu berkembang dari zaman ke zaman. Matematika memiliki banyak cabang didalamnya. Matematika dipelajari sejak seorang menginjak taman kanak-kanak hingga dewasa. Matematika dapat dipelajari di bangku sekolah maupun diluar sekolah. Pendidikan matematika yang kita dapat saat di bangku sekolah pastinya melalui perantara seorang guru yang mengajar dan buku yang didapat saat di sekolah.
Seorang guru, khususnya guru dibidang pendidikan matematika harus mampu mengajarkan atau memberikan pengetahuan pada peserta didiknya dalam mempelajari matematika. Namun, kadang kalanya seorang guru harus berusaha keras agar sang murid dapat menerima cara mengajarnya dan materi yang disampaikan. Terutama dibidang pendidikan matematika yang bagi sebagian murid memandang bahwa matematika adalah pelajaran yang amat sulit untuk dipelajari.
Seorang guru pastinya harus mampu memotivasi muridnya dalam mempelajari pelajaran yang menurut siswanya sangat sulit untuk dimengerti. Terutama bagi guru matematika, yang memang pelajarannya bagi setiap siswa merupakan pelajaran yang amat mengerikan.
Maka dari itu, penulis terpacu untuk mengetahui apa saja motivasi dalam mempelajari matematika yang didasari psikologi pendidikan bagi peserta didik. Yang mungkin dapat menjadi acuan bagi seorang guru untuk menerapkannya.

1.2Batasan Masalah
Sesuai uraian diatas, untuk member batasan atau ruang lingkup, maka penulis menegaskan bahwa materi Karya Tulis Ilmiah ini hanya terbatas untuk mengetahui apasaja motivasi dalam mempelajari matematika yang di dasari psikologi pendidikan bagi peserta didik.

1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang kami ungkapkan dalam latar belakang, permasalahan dalam karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.3.1Apakah pentingnya bagi seorang guru maupun calon guru mempelajari psikologi
pendidikan ?
1.3.2Apakah didalam psikologi pendidikan terdapat motivasi didalamnya untuk
membantu peserta didik ?
1.3.3Apa saja motivasi dalam mempelajari matematika yang didasari psikologi
pendidikan bagi peserta didik?

1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.4.1Untuk mengetahui pentingnya bagi seorang guru maupun calon guru
mempelajari psikologi pendidikan.
1.4.2Untuk mengetahui didalam psikologi pendidikan terdapat motivasi
didalamnya untuk membantu peserta didik.
1.4.3Untuk mengetahui apa saja motivasi dalam mempelajari matematika yang didasari psikologi pendidikan bagi peserta didik.


BAB 2LANDASAN TEORI

2.1Matematika
Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani kuno “máthēma”, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi “pengkajian matematika”, bahkan demikian pada zaman kuno. Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pecahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah menjadi telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Matematika selalu berkembang dari zaman ke zaman hingga kin masih terus berlanjut.

2.2Psikologi Pendidikan Menurut Para Ahli
1.Arthur S. Reber, Psikologi pendidikan adalah sub displin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikanyang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
-Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
-Pengembangan dan kurikulum
-Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
-Sosialisasi proses-proses dan interaksi prses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
-Penyanggaraan pendidikan keguruan
2.Barlow
Definisi psikologi pendidikan adalah… a body of knowledge groynded in psychological research provides a repertoire of resource to aid you in functioninf more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adaalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkain sumber-sumber untuk menmbantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar memengajar secara efektif.
3.Tardif
Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku anusia untuk usaha-usaha kependikan.
4.Witherington
Psikologi pendidikan sebagai “a systematic study of process and factors involved in the education of human being”
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor yang berhubungan denang pendidikan manusia.

BAB 3ISI

3.1Pentingnya Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Guru atau Calon Guru
Psikologi pendidikan terdiri dari kata psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Maka psikologi merupakan kajian ilmiah mengenai tingkah laku dan proses mental. Sedangkan psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan mental yang terjadi dalam proses pendidikan.
Pentingnya mempelajari psikologi pendidikan bagi guru. Pada kenyatannya, setiap guru pada suatu lembaga pendidikan di Indonesia masih belum seluruhnya pernah mempelajari psikologi pendidikan, yang konon belum pernah diajarkan pada tingkat SMA atau MA dan hanya dapat dipelajari pada tingkat Perguruan Tinggi. Sedangkan tidak semua guru yang memang dari awalnya mengajar sebelum ia masuk ke Perguruan Tinggi. Sehingga cara mengajar para guru tersebut masih memakai metode ceramah saja, padahal banyak sekali metode untuk mengajar, sedangkan siswa harus mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama serta duduk dengan tenang.
Namun terkadang siswa juga diharuskan menghafal pada suatu pelajaran tertentu. Dengan begitu, maka siswa harus patuh pada apa yang guru perintahkan. Bila tidak melaksanakan para siswa mendapatkan hukuman yang sesuai dengan tingkat ppelanggarannya. Misalnya, siswa tidak hafal perkalian, maka hukumannya adalah berdiri di depan kelas sambil menghafal sampai hafal. Seperti yang pernah saya alami pada maktu di bangku SD dulu. Maka hal tersebut termasuk punishmen atau reinforcement positif.
Dengan demikian guru  tersebut masih mengajar dengan sistem behaviorisme. Sehingga siswa diharapkan memilik pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya.
Padahal seharusnya, para pendidik sangat diharapkan memiliki atau menguasai pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat  mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil. pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan sekolah-sekolah. Ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yaitu:
1.Seleksi penerimaan siswa baru,
2.Perencanaan pendidikan,
3.Penyusunan kurikulum,
4.Penelitian kependidikan,
5.Administrasi kependidikan,
6.Pemilihan materi pembelajaran,
7.Interaksi belajar mengajar,
8.Pelayanan bimbingan dan penyuluhan,
9.Metodologi mengajar,
10.Pengukuran dan evaluasi.
Dengan demikian, sangat diperlukan figure guru-guru yang berkompeten dan mampu menerapkan prinsip-prinsip psikologis. Guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.

3.2Motivasi Belajar didalam Psikologi Pendidikan
3.2.1Apa iti motivasi ?
Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Mari kita lihat contoh motivasi. Seorang pemuda Kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari jarak jauh yang luar biasa dalam sejarah (McNally,1990). Dia rata-rata berlari sejauh jarak lari marathon (26,2 mil) setiap hari selama lima bulan, dan karenanya menempuh total 3359 mil melintasi Kanada. Apa yang ,membuatnya jadi luar biasa adaalah karena Terry Fox kehilangan satu kakiakibat kanker sebelum dia lari, dan karenanya dia lari dengan bantuna kaki palsu.
Mengapa Terry menyelesaikan larinya ? Ketika Terry mauk rumah sakit karena kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Jadi, motivasi dari tindakannya berlari itu adalah untuk member tujuan bagi hidupnya dengan  membantu orang lain yang mengidap kanker.
Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih (bertahan lama). Selam berlari melintasi Kanada dia menjumpai banyak rintangan: angin kencang, hujan lebat, salju, dan jalan es. Karena kondisi ini, dia rata-rata hanya menempuh 8 mil selama bulan pertama, jauh dari yang direncanakannya. Tetapi dia terus bertahan dan mempercepat langkahnya pada bulan kedua sampai dia kembali ke jalur tujuannya. Tindakannya merupakan contoh dari bagaimana motivasi dapat membantu kita bertahun dan mencapai sesuatu.
Kisah Terry Fox digambarkan dalam film The Power of Purpose. Seorang guru yang mengajar dikelas enam, memperlihatkan film itu kepada anak didiknya dan meminta muridnya untuk menulisd apa yang mereka pelajari dari film tersebut. Seorang murid menulis, “ Saya mempelajari bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada anda, anda harus terus maju, terus mencoba. Bahkan jika tubuh anda sakit, semangat anda tidak boleh lenyap.”
Seperti contoh Terry Fox, motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lam. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan.

3.2.2Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Mari kita bahas empat perspektif: behavioral, humanities, kognitif, dan social.
•Perspektif Behavioaral, menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.
•Perspektif Humanitas, menekankan pada kaapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memiliah nasib mereka, dan kualitas pofitif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hirarki Kebutuhan Marslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan berikut.
1.Fisiologis: lapar, haus tidur
2.Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
3.Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih saying, dan perhatian dari orang lain.
4.Harga diri: menghargai diri sendiri
5.Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Menurut maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum mereka berprestasi.
•Perspektif Kognitif. Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujan.
•Perspektif Sosial. Apakah anda jenis orang yang termotivasi untuk berada di sekitar orang banyak ? atau apakah anda lebih suka di rumah dan membaca buku? Kebutuhan afiliasi atau keterhubungn adalah motif untuk berhubangan dengan orang lain secara aman. Ini mnembutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab, kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi merekauntuk menghabiskan waktu dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.

3.2.3Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Perhatisan terhadap motivasi di sekolah telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Dalam bagian ini, akan mempelajari sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi murid untuk meraih suatu atau untuk berprestasi.di mulai dengan perbedaan kursial antara motivasi ekstrinsik (eksterna) dan motivasi (internal). Ini akan membawa kita pada pembahasan beberapa kognitif penting tentang motivasi.
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuat yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar dengan keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Perspektiv behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanitis lebih menekankan pada arti penting dari motivasi instrinsik dalam prestasi
Motivasi Instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
Determinasi Diri dan |Pilihan Personal. Salah satu pandangan tentang motivasi instrinsik menekankan pada determinasi diri. Dalam pandangan ini, murid percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
Pengamalan Optimal. Mihaly Csikszentmihalyi, mengembangkan ide yang relavanuntuk memahami motivasi instrinsik. Dia mempelajari pengamalan optimal dari orang-orang selam lebih dari dua decade. Orang melaporkan bahwa pengamalan optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Csikzentmihalyi menggunakn istilah flow untuk mendiskripsikan pengamalan optimal dalam hidup. Dia mengatakan bahwa pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tak terlalu mudah.
Imbalan ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Akan tetapi, dalam beberapa situasi imbalan atau hadiah dapat melemahkan pembelajaran.

3.3Motivasi untuk Mempelajari Matematika
3.3.1Kontroversi dalam Pendidikan Matematika
Kebanyakan orang menganggap bahwa matematika adalah bidang hitung menghitung. Namun, ahli matematika memandang perhitungan hanyalah alat dalam matematika yang sesungguhnya, yang melibatkan pemecahan soal matematika dan pemahaman struktur dan pola dalam matematika (National Research Council, 1999). Tujuan para untuk instruksi matematika mereka akan merefleksikan apa yang mereka anggap penting dalam matematika. Hingga kini ada debat hangat tentang bagaiman seharusnya pengajaran matematika dilakukan.
Para pendidik dewasa ini memperdebatkan apakah matematika harus diajarkan dengan menggunakan pendekatan kognitif atau pendekatan latihan komputasional (Batcheldar, 2000; Stevson, 2000). Beberapa pendukung pendekatan kognitif menentang memorisasi dan latihan dalm pengajaran matematika.sebaliknya, mereka menekankan pemecahan problem matematik konstruktivis.
Yang lainnya mengasumsikan bahwa kecemasan dan keotomasin adalah faktor dasar untuk mencapai prestasi matematika yang efektif dan mereka berpendapat bahwa keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh melalui latihan yang efektif dan mereka berpendapat bahwa keterampilan tersebut dapaat diperoleh melalui latihan yang ekstensif.
Apa pun pendekatan yang anda antu, adalah jelas bahwa pendidikan matematika sedang mengalami perubahan dramatis. Di masa lalu ketika teknologi belum canggih,berhitung dengan pena dan kertas mungkin bisa efektif, tetapi metode itu tidak lagi banyak bergung dalam abad kjomputer dan teknologi lain yang membutuhkan pemahaman matematika.

3.3.2Memotivasi Murid untuk Mau Mempelajari MAtematika
Seperti yang telah dijelaskan di atas. Didalam psikologi pendidikan, terdapat banyak sekali pendekatan-pendekatan untuk memotivasi murid. Disini akan dibahas sedikitnya apa saja motivasi yang dapat digunakan untuk siswa agar mau mempelajari matematika.
Yang pertama motivasi instrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi dari diri sendiri (self-determined). Rasa ingin tahu, pemikiran mendalam, dan kreativitas adalah indicator yang baik dari motivasi instrinsik anak untuk belajar motivasi instrinsik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai sesuatu yang menarik, relevan secara personal, bermakna, dan pada level yang sesuai dengan kemampuan anak sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam menyelesaikan tugas itu. Motivasi instrinsik juga menguat jika tugas itu dihubungkan dengan dunia nyata dan anak pilihan dan kendali atas tugas itu. Guru mendukung motivasi instrinsik anak dengan mendukung rasa ingin tahu mereka dan peka terhadap perbedaan individual dalam motivasi anak murid.
Lalu ada pendekatan teori Maslow atau yang biasa disebut dengan hierarki kebutuhan yang meliputi sebagai berikut: kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman dan tenteram (safety needs), kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (belongingness needs), kebutuhan harga diri secara penuh (esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Berikut beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan Teori Maslow diantaranya menyediakan program makan siang yang murah, sikap guru yang menyenangkan, guru terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik, guru lebih mengembangkan diskusi kelas, selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan, menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik, memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik dan menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Pada kenyataannya motivasi instrinsik dengan pendekatan teori Maslow memilik hubungan satu sama lain. Karena pendekatan Teori Maslow berkaitan erat dengan perspektif humanities, sedang perspektif humanitis itu sendiri lebih menekankan pada arti penting dari motivasi instrinsik dalam prestasi.
Contoh penggunaan motivasi dalam meningkatkan pembelajaran matemati terdapat pada sebuah jurnal karya Puri Sukarmi, Bambang Priyo Darminto, dan Riawan Yudi Purwoko yang berjudul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan Teori Maslow.” Didalam jurnal itu membahas bagaimana dampak dari penggunaan teori Maslow di lihat dari peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Pelutan Tahun Pelajaran 2012/ 2013.[1]
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti tersebut bersama guru di kelas IV Sekolah Dasar (SD) Negeri Pelutan diperoleh informasi bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.
Hasil penelitian para peneliti tersebut secara klasikal menujukkan peningkatan. Berdasarkan data awal tingkat ketuntasan klasikalnya 33,33% setelah akhir siklus I mengalami peningkatan menjadi 60% dan setelah akhir siklus II diperoleh ketuntasan sebesar 80%. Dan hasil motivasi belajar meningkat dari siklus I sebesar 61,45% menjadi 78,12% pada siklus II. [1]
Penelitian ini setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan tindakan siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini adalah : menyiapkan RPP, menyiapkan contoh-contoh bangun dan lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi. Pelaksanaan Tindakan pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam, berdoa bersama dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi. Padakegiatan inti pembelajaran guru membawa media pembelajaran yang menarik dan menjelaskan materi dengan pendekatan Teori Maslow selama pembelajaran. [1]
Selanjutnya siswa yang merasa masih bingung diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya tanpa rasa takut, selama proses pembelajaran guru berkeliling menghampiri siswa untuk mencari tahu kesulitan siswa. Guru menjadi sosok yang menyenangkan sehingga siswa tidak takut dan tercipta suasana pembelajaran yang bersahabat. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal sambil mengingatkan pelajaran yang akan dipelajari di pertemuan berikutnya. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam dan doa. [1]
Tahap pengamatan observer mengamati jalannya proses pembelajaran. Pada siklus I terlihat bahwa sudah ada perbedaan yang sedikit lebih baik. Tetapi siswa masih banyak yang malu-malu untuk bertanya. Tahap refleksi dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan siklus I ini pada dasarnya sudah berjalan sesuai rencana pembelajaran meskipun belum berjalan sesuai harapan. Karena ada beberapa hal yang perlu disikapi dan dijadikan masukan untuk siklus selanjutnya.[1]
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini adalah: menyiapkan RPP, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi. Pada kegiatan inti pembelajaran guru membawa media pembelajaran yang menarik dan menjelaskan materi dengan pendekatan Teori Maslow selama pembelajaran. [1] Selanjutnya siswa yang merasa masih bingung diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya tanpa rasa takut, selama proses pembelajaran guru berkeliling menghampiri siswa untuk mencari tahu kesulitan siswa. Guru menjadi sosok yang menyenangkan sehingga siswa tidak takut dan tercipta suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal sambil mengingatkan pelajaran yang akan dipelajari di pertemuan berikutnya. Kemudian gurumenutup pelajaran dengan salam dan doa. [1]
Pada siklus II terlihat bahwa sudah ada perbedaan yang lebih baik dari siklus I. Siswa yang pada siklus I masih malu-malu sudah mulai berani bertanya dan menyampaikan pendapat. Suasana pembelajaran sudah semakin menyenangkan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa pada akhir siklus II diperoleh tingkat motivasi dan hasil belajar sudah mencapai indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu motivasi ≥70% dan hasil belajar klasikal sudah mencapai indikator ≥ 75%, siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang masih malu untuk bertanya, daya serap siswa cukup baik karena rata-rata tes akhir mengalami peningkatan, perlu adanya usaha guru lebih intensif lagi dalam membangkitkan motivasi siswa supaya semangat belajarnya semakin meningkat dan hasil belajarnya juga akan meningkat. [1]
Contoh lain penggunaan motivasi yang dituliskan dalam bentuk jurnal karya Weihua Fan dan Christopher A. Wolters yang berjudul “School motivation and high school dropout: The mediating role of educational expectation.” Namun, jurnal kali ini hanya berhubungan dalam motivasi. Didalam jurnal ini membahas bagaimana pentingnya peran motivasi dalam mendukung anak yang putus sekolah.
Motivasi belajar siswa mengubah pikiran dan tindakan mereka untuk mendapatkan keberhasilan akademik dan memainkan peran penting untu belajar dan berprilaku. Ditegaskan pula, bahwa harapan pendidikan siswa dilihat dari pendidikan itu sendiri. Disana pun menggunakan model harapan nilai motivasi untuk memahami social remaja dan pengalaman akademik, nilai-nilai dan keyakinan, harapan keberhasilan, serta pilihan-pilihan yang mereka pilih.[2]
Model ini menyatakan bahwa kompetensi akademik siswa dirasakan
(Yaitu kemampuan keyakinan) dan minat siswa dalam belajar (yaitu nilai intrinsik) memainkan peran penting dalam membentuk harapan mereka mengenai bagaimana mereka sulit tampil dalm tugas-tugas sekolah, yang pada akhirnya mempengaruhi pilihan-pilihan yang berhubungan dengan prestasi dan perilaku. Yang artnya, siswa yang merasa yakin tentang kemampuan belajar mereka dan pandangan mereka terhadap kegiatan yang menarik yang cenderung memiliki harapan mengerjakan tugas-tugas yang akan datang dan membuat pilihan yang terkait dengan prestasi yang lebih positif. [2]
Walau kedua jurnal itu memiliki judul yang berbeda. Namun, intinya mereka sama-sama membahas bagaimana memotivasi seorang anak untuk mau belajar dengan lebih giat.


BAB 5PENUTUP

5.1Kesimpulan
Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Mari kita lihat contoh motivasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan Teori Maslow guru sebagai fasilitator yang membuat mereka semangat belajar, sosok yang menyenangkan dan membuat siswa nyaman. Motivasi belajar dari diri masing-masing siswa sangat berpengaruh terhadap intensitas siswa dalam belajar matematika. Dengan pendekatan Teori Maslow motivasi belajar siswa akan meningkat.

5.2Saran
Saran bagi penulis, lebih tingkatkan lagi pengetahuan akan ilmu-ilmu pendidikan. Apa lagi yang terkait dengan karya ilmiah kali ini. Yang membahas mengenai motivasi untuk mempelajari matematika bagi murid berdasarkan psikologi pendidikan.
.


DAFTAR PUSTAKA
Santrokc, Jhon W. (2011). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
Sukarmi, Putri. Darminto, Bambang Priyo. dan Purwoko, Riawan Yudi. (2013). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan Teori Maslow. Universitas Muhamadiyyah Purworejo.
<http://portalgaruda.org/article.php?article=13736&val=612&title=PENINGKATAN%20MOTIVASI%20DAN%20HASIL%20BELAJAR%MATEMATIKA%20MENGGUNAKAN%20PENDEKATAN%20TEORI%20MASLOW>. 17 April 2015.

Fan, Weihua dan Wolters, Christopher A. (maret 2014). School motivation and high school dropout: The mediating role of educational expectation. The British Psycological Society. <http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/bjep.12002/full>. volume 84, edisi 1, 22-39. 19 April 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar