Restu Yashinta Kinanti 2225141537
Makna dan Filosofi Bunga Melati
Abstrak
Makna penting Bunga Melati Putih dalam budaya Indonesia
sudah dikenal sejak dahulu. Bunga Melati Putih dikenal sebagai Bunga Suci dalam
tradisi Indonesia yang melambangkan kesucian, keanggunan yang sederhana, dan
ketulusan. Bunga Melati Putih juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan
dan kerendahan hati, dikarenakan meskipun Bunga Melati Putih ini kecil dan
sederhana, tetapi wanginya harum semerbak. Bunga Melati Putih merupakan bunga
yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa yang ada
di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Bunga melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci
tak ternodai. Memiliki makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah
melati, melati yang tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang
tak memiliki warna lain dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna
lain untuk berbagai
Pembahasan
Melati merupakan tanaman bunga hias
berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Melati merupakan genus dari
semak dan tanaman merambat dalam keluarga zaitun (Oleaceae). Terdiri dari
sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim tropis dan hangat dari
Erusia, Australia dan Oseania. Melati secara luas dibudidayakan untuk aroma
khas bunga mereka. Di Indonesia, salah satu jenis melati dijadikan sebagai “puspa bangsa” atau simbol nasional yaitu melati putih (Jasminum sambac).
Adapun ciri-ciri bunga melati,
yaitu: 1) Jika dilihat dari bentuk daunnya, bunga melati mempunyai bentuk daun
pinnatus atau majemuk dan menyirip; 2) daun bunga ini biasa tumbuh sebelah kiri
dan kanan tangkai berbentuk seperti sirip ikan; 3)
Bunga Melati Putih ditetapkan sebagai Puspa
Bangsa, satu diantara tiga Bunga Nasional Indonesia.
Makna penting Bunga Melati Putih
dalam budaya Indonesia sudah dikenal sejak dahulu. Bunga Melati Putih dikenal
sebagai Bunga Suci dalam tradisi Indonesia yang melambangkan kesucian,
keanggunan yang sederhana, dan ketulusan. Bunga Melati Putih juga melambangkan
keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, dikarenakan meskipun Bunga
Melati Putih ini kecil dan sederhana, tetapi wanginya harum semerbak. Bunga
Melati Putih merupakan bunga yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi
berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kuncup
Bunga Melati Putih yang belum sepenuhnya mekar biasanya dipetik, dikumpulkan
dan dirangkai menjadi roncean Bunga Melati Putih. Pada hari pernikahan,
pengantin adat Jawa atau Sunda dihiasi roncean Bunga Melati Putih yang
membentuk jaring pembungkus konde, dan sebagian lainnya membentuk rantai rumit
roncean melati yang menggantung pada kepala sang mempelai wanita. Bunga Melati
Putih juga menghiasi keris sang mempelai pria, rangkaian ini disebut roncen
usus-usus yang merujuk kepada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan
dengan legenda Arya Penangsang. Pengantin Makassar dan Bugis juga menghiasi
rambutnya dengan kuncup Bunga Melati Putih yang disematkan ke rambut menyerupai
butiran mutiara. Melati juga sering dipakai sebagai bunga sesajen untuk hyang,
arwah dan dewa-dewa, terutama oleh umat Hindu Bali, Bunga Melati Putih juga
sering digunakan sebagai bunga taburan dalam upacara pemakaman atau ziarah
makam.
Bunga Melati Putih memiliki makna
luas dalam tradisi Indonesia. Bunga Melati Putih adalah bunga kehidupan, keindahan,
dan pernikahan, akan tetapi seringkali dikaitkan dengan arwah orang yang telah
wafat dan kematian. Dalam lagu dan puisi perjuangan Indonesia, gugurnya Bunga
Melati Putih seringkali dijadikan perlambang gugurnya pahlawan yang berkorban
demi bangsa dan negara. Makna ini sangat mirip dengan gugurnya bunga sakura
dalam tradisi Jepang yang melambangkan gugurnya para pejuang. Lagu patriotik
“Melati di Tapal Batas” (1947) karya Ismail Marzuki dan “Melati Suci” (1974)
karya Guruh Sukarnoputra menggambarkan melati sebagai pahlawan yang gugur di
medan perjuangan, yang harumnya senantiasa hadir sebagai kusuma yang menghiasi
Ibu Pertiwi. Lagu “Melati dari Jayagiri” karya Iwan Abdurachman mengibaratkan
melati sebagai kecantikan seorang gadis suci dan cinta masa lalu yang telah
hilang dan senantiasa dirindukan.
Lalu bagaimana dengan filosofi bunga
melati?. Bunga melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci tak
ternodai. Memiliki makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah melati,
melati yang tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak
memiliki warna lain dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain
untuk berbagai keadaannya baik panas, hujan, terik ataupun badai yang datang
melati tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati akan tetap
menjadi melati selalu putih. Melati. Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir
menghinggapinya hingga menutup warna kelopaknya.
Pada angin ia menyapa, berharap
sepoinya membawa serta debu- debu itu agar ia tetap putih berseri. Karenanya,
melati ikut bergoyang saat embusan angin menerpa. Kekanan ia ikut, ke kiri ia
pun ikut. Namun melati tetap teguh pada pendiriannya, karena kemanapun ia
mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya. Yang seharusnya
dapat di tiru oleh kita sebagai manusi. Dengan mengikuti arah kemana takdir dan
nasib yang membawanya. Namun, sama halnya dengan melati yang tetap teguh pada
pendirian yang akan kembali pada tangkainya meski tertiup keasana-kemari.
Begitu pun manusia harus memiliki pendirian yang teguh selayaknya mrlati.
Melati. Pada hujan ia menangis agar
tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani
tubuhnya. Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih, karena saat hujan
berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut matanya yang bening itu
tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan akan selalu
datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya. Bersama
hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya untuk mengadu, saling menumpahkan air
mata dan merasakan setiap kegetiran. Karena hanya hujan yang selama ini
berempati terhadap semua rasa dan asanya. Pada hujan pula ia mendapati keteduhan,
dengan airnya yang sejuk.
Melati. Pada tangkai ia bersandar
agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan
kekuatan dalam menjalani kewajibannya agar kelak, apapun cobaan yang datang, ia
dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari
cinta dan kasih Sang Pencipta.
Manusia pun sama halnya dengan melati,
mempunyai tempat mengadu, tempat bersandar dari segala keluh dan kesahnya. Manusia
akan menangis memperlihatkan kelemhannya pada orang ia cintai, sama halnya
dengan melati yang akan menangis pada hujan yang ia cintai. Manusia pun
memiliki tempat ia bersandar, yaitu Tuhan sang Maha Pencipta. Tempat berkeluh
kesah, atas segala kepdihan, kesedihan dan kesukaran yang ia hadapi maupun
kebahagiaan yang Tuhan berikan padanya.
Bukankah tak ada cinta tanpa
pengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa
cobaan? Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena
dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna
putih. Jika daun itu tak lagi hijau, menguning atau luruh oleh waktu, kepada
siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya
tak lagi putih? Maka, melati akan terus berhati-hati membawa diri. Ia akan
tetap mawas diri dan menyadari kodratnya adalah melati. Dan haruslah tetap
menjadi melati. Dan manusia seharusnya mencontohi sifat melati yang satu ini.
Meminta pendapat akan diri sendiri pada orang lain, tidak merasa yang paling
hebat. Menyadari kodrat manusia, sebagai makhluk tuhan yang sempurna namun
tidak sempurna. Karena, satu-satunya yang sempurna adala tuhan. Selama ia tetap
menjadi manusia, ia akan tetap menjadi manusia.
Pada bunga lain ia bersahabat.
Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan
menjadi yang tercantik karena masing-masing memahami tugas dan peranannya.
Melati tak pernah iri menjadi mawar, dahlia, anggrek atau lili, begitu juga
sebaliknya. Dan satu lagi dari melati yang dapat kita tiru. Bersahabat dengan
orang lain tanpa memandang siapa dia. Saling bahu membahu dalam melestarikan alam.
Tidak saling bersaing akan kehidupan fana yang sementara. Tak seharusnya adanya
saling lomba siapa yang terhebat, siapa yang tercantik dan lain sebagainya, karena
setiap manusia memiliki potensinya masing-masing. Tidak memiliki rasa iri
terhadap orang yanh lebih memiliki dari pada yang kita miliki.
Dari makna dan filosofi melati
diatas dapatlah kita menangkap isinya dan mencoba untuk menjalani kehidupan seperti
sang melati.
terima kasih telah berbagi ilmu
BalasHapushave a great day and God bless you always
Thanks alot
There are many website who are famous for Gift delivery website in Indonesia is the best way to save timing. They give us huge numbers of varieties. I like the way you written the post.Thanks for sharing such a nice post...
BalasHapusbunga untuk pernikahan (^ _ ^)
hadiah ulang tahun (=^.^=)
Keren, sangat menyentuh, terimakasih atas filosofinya
BalasHapusTerimakasih infonya 😊
BalasHapusterima kasih atas pengertian filosofinya, saya sedang mencari ini ketemu yang paling bagus artikelnya.
BalasHapus